Monday, May 29, 2017

Titik

Kuasah jalanku menelusuri jejak tempat yang biasa aku lewati, tidak begitu jauh namun terasa sepi menggeliat tubuh yang kini hitam hampir tak berwarna. Setiap kata, setiap waktu dan setiap apapun hujan dikala itu mengingatkanku akan kenangan itu yang kusebut "Titik". Dia pernah menjadi orang yang sangat aku benci, membencinya seperti menjadi keharusan dalam kata yang terus terucap kala itu. Namun semakin aku membenci, semakin dia lekat pekat dipikiran.

Dia, yang ketika memikirkannya detikku berhenti dan mengubah irama lagu yang kubuat dan melelehkan nada yang kususun. Dia, seseorang yang tak bisa kusebut namanya, pernah begitu sangat berarti dan tak bisa kulepas. Aku pun tak tau dia, aku hanya tau cara mencintainya dengan menjadikan dia hanya bersandar kepadaku. Namun semakin aku peluk erat, semakin aku genggam tangannya semakin zonaku kubuat nyaman. Kala itu hanya kata "jenuh" terucap dari bibirnya. Aku hanya bisa tersenyum sambil membalikkan badanku, dan air mata menetes. Ucapku "Pantas kau berubah, membalas satu huruf pesanku saja kamu membutuhkan 24 jam", dan kembali aku meneteskan air mata.
Saat Dia berucap itu, seperi tali-tali yang kuikat rapih dan kujaga baik-baik terlepas dan buih cair bersama air mata di kala itu. Dan kata "Jenuh" pun pertanda aku bukan Satu-satunya lagi, aku bukan lagi orang yang dia tuju. Aku menjadi orang asing yang tersesat diantara dia dan perempuan itu.
Aku mengambil langkahku sembari membalikkan badan, Dia tertawa dan bahagia sepertinya. Aku yang kala itu berjalan membawa lukaku menjadi terasing bersama derasnya hujan dan sebuah headset. Lalu dengan harapan bisa merubahnya, aku menarik lagi tangan itu. Semakin aku tarik, semakin dia menjadi asing bahkan tak berwarna ketika ku mencoba mewarnainya kembali.

Dia jauh dan semakin jauh, dan jejaknya tak terlihat lagi. Aku harap kau akan terus tersenyum, dan menjadi bintang yang akan selalu bisa aku lihat. Jika kau membaca ini, yakinlah aku masih mencintaimu dan akan terus sama sembari berharap kau bahagia.

Dan seperti orang dengan kain putih, aku mengucapkan kata-kata dalam doaku untukmu. Berat memang, melihatmu dan membayangkan jika orang lain yang bisa membuatmu senyum. Tapi, ikatan yang dulu ku buat kini seakan lepas benang demi benang.

Aku tau, kamu memang bukan aku. Aku tau, luka ini ga akan kamu rasakan.